Suamiku sering menyebut-nyebut kelebihan wanita lain di depanku . ” ujar seorang ummahat. Tampak kesedihan terpancar
dari wajahnya. Dan, kedua matanya pun berkaca-kaca.
Memang, ada kalanya seorang suami tidak puas dengan keadaan
istrinya. Ia selalu mengingat kekurangan istrinya & membandingkannya dengan wanita lain
Boleh jadi kekurangan istri dirasa cukup berat bagi suami, akan
tetapi dalam waktu yang sama, sang istri sesungguhnya juga memiliki
banyak kelebihan atau keistimewaan, serta sekian banyak sifat yang
terpuji. Ini semua menuntut sang suami untuk perlahan-lahan dan
berhati-hati di dalam mengambil sikap. Jangan sampai ia menilai dan
meghukum istrinya hanya melalui aib-aibnya saja, akan tetapi ia harus
melihat kebaikan dan keburukannya, serta kelebihan dan kekurangannya
secara bersamaan. Janganlah ia memberikan keputusan berdasarkan satu
sudut pandang saja. Janganlah i a membenci istri karena satu perilaku
yang menjadi bagian dari tabiatnya
Allah berfirman:
“ … Dan bergaullah dengan mereka secara patut, kemudian bila kamu
tidak menyukai mereka, (makabersabarlah) karena mungkin kamu tidak
menyukai sesuatu, padahalAllah menjadikan padanya kebaikan yang
banyak.” (An Nisa’:19)
Oleh karena itu, janganlah seorang suami membenci istrinya karena
perilaku tertentu. Sekali-kali jangan! Nabi bersabda, “Janganlah
seorang mukmin itu membenci seorang mukminah. Jika ia benci kepada satu
perilaku, maka ia akan puas dengan perilaku yang lainnya.” (Riwayat
Muslim)
Hendaklah sang suami itu sadar, bahwa ia tidak akan mendapatkan
seorang istri yang bebas dari kekurangan. Boleh jadi istrinya itu,
dengan segala kekurangan yang ada, tetap lebih baik daripada sekian
wanita lainnya, hanya saja ia tidak melihat kekurangan atau aib wanita
lainnya itu.
Jika engkau ingin mengenal hal itu, peganglah kertas dan pena, dan
tulislah kelebihan-kelebihan istrimu dan kekurangan-kekurangannya,
tentu engkau akan melihat bahwa kelebihannya jauh lebih banyak daripada
kekurangannya. Ketahuilah, bahwa dalam kehidupan rumah tangga ini
tidak memungkinkan bagimu untuk mendapatkan seorang istri yang seratus
persen sesuai dengan kriteria yang engkau inginkan. Sudah tentu
terdapat perbedaan karakter, dan sudah tentu pula bahwa engkau akan
melihat sesuatu yang mengagumkanmu dan sesuatu yang tidak
menyenangkanmu.Ketahuilah hai para suami, istrimu tidak dan tidak akan
seratus persen sebagaimana yang engkau inginkan. Sebab, ia menerima
pendidikan yang berbeda dengan pendidikan yang engkau dapatkan, serta
memiliki tabiat yang berbeda dengan tabiat yang ada pada dirimu.
Terkadang ia memang mirip denganmu dalam beberapa hal, namun berbe
da dalam hal lainnya. Oleh karena itu, terimalah kenyataan ini.
Janganlah engkau melawan kehidupan dan hendak mengalahkan tabiat yang
sudah mengakar, karena tidak mudah mengubahnya. Sekalipun hal itu
mungkin, akan tetapi jelas memerlukan waktu yang cukup panjang,
kesabaran yang mendalam, latihan secara terushmenerus, nafas yang
panjang dan jiwa yang tabah.
Selain kurang bersabar terhadap kekurangannya, kadang para suami
suka melecehkan akal para istrinya dan cara dia dalam berpikir. Suami
yang melakukan hal seperti ini sebenarnya hanya menyebarkan keletihan
dan tidak mencari kebahagiaan rumah tangga. Demikian juga, ia adalah
seorang suami yang tidak pantas mendapatkan penghormatan dari istrinya,
karena yang namanya penghormatan itu adalah sesuatu yang bersifat
timbal balik. Sepanjang engkau tidak menghormati orang lain, maka orang
tersebut tidak akan menghormatimu, kecuali jika engkau mau hormat
kepadanya.
Seorang istri yang merasakan bahwa suaminya melakukan hal seperti
ini, yaitu pelecehan terhadap akalnya dan caranya dalam berpikir, maka
istri tersebut tidak akan memberikan cintanya kepada suaminya. Ada
persoalan yang dipahami secara keliru oleh kaum lakihlaki. Yaitu bahwa
mereka menganggap akal wanita itu lemah dan kurang cerdas, serta cara
berpikirnya bengkok, kurang lurus. Dan bahwa ia tidak mungkin memiliki
pendapat yang lurus. Pendapat dan anggapan seperti ini sama sekali tidak
ada dasarnya, dan jelas tidak benar. Sumbernya adalah pemahaman yang
keliru mengenai beberapa hadits yang berbicara mengenai masalah ini.
Misalnya adalah hadits yang menyebutkan bahwa mereka adalah “Orang-orang
yang kurang akal dan agamanya.” Redaksi hadits seperti ini dipahami
secara keliru oleh sebagian orang. Mereka memahami bahwa kurangnya akal
di sini adalah kurangnya kecerdasan atau kebengkokan dalam berpikir.
Ini jelas keliru. Yang dimaksudkan di sini adalah sifat lupanya kaum
wanita lebih banyak daripada lelaki. Hal itu disebabkan karena ada
banyak hal yang dialami oleh kaum wanita yang membuatnya mudah lupa,
terlebih dalam kehidupan umum, dimana ia tidak bisa seleluasa kaum
lelaki.Dalil mengenai hal itu ialah bahwa Nabi ketika ditanya oleh kaum
wanita, “Apakah kekurangan akal dan agama kami, wahai Rasulullah?”
Maka beliau menjawab, “Bukankah kesaksian wanita itu adalah separuh dari kesaksian laki-laki?”
Kami menjawab, “Ya benar.”
Nabi bersabda, “Itulah bentuk kekurangan akalnya.”
Nabi bertanya lagi, “Bukankah jika sedang haid, ia tidak mengerjakan shalat dan juga tidak berpuasa?”
Kami menjawab, “Ya benar.”
Nabi menjawab, “Itulah bentuk kekurangan agamanya.”
Dengan demikian, kekurangan yang disebutkan dalam hadits tersebut memiliki makna sebagaimana yang telah kami sebutkan di atas.
Demikian juga halnya dengan kekurangan agamanya. Ia tidak berarti
kekurangan mengenai hakikat agamanya, akan tetapi kekurangan itu
terdapat pada sebagian dari hal-hal peribadahan.
Sedangkan dalam hal ini ia tidaklah dihukum karena meninggalkannya.
Bahkan ia justru diharamkan untuk mengerjakannya. Wanita yang sedang
haid diharamkan mengerjakan shalat dan puasa. Jika ketika itu ia
mengerjakan shalat dan puasa, tentu ia berdosa, sekalipun ia
berkewajiban menqadha’ puasa, namun ia tidak perlu mengqadha’ shalat,
sebagai bentuk peringanan terhadapnya dan rukhsah dari Allah .
Akal wanita adalah akal yang harus dihormati. Ada sebagian wanita
yang memiliki keistimewaan berupa kecerdasan akal yang lebih hebat
dibanding akal kaum laki-laki. Contoh untuk hal ini sangatlah banyak,
dan bukanlah di sini tempatnya untuk menyebutkannya.Akan tetapi,
bagaimanapun, kecerdasan akal wanita dijadikan oleh Allah dengan garis
yang berbeda denga garis kecerdasan laki-laki. Ia merupakan kecerdasan
jenis khusus. Oleh karena itu, ia memiliki perhatian-perhatian khusus.
Itu merupakan hikmah agung yang hanya diketahui oleh Allah .
Boleh jadi hal itu dijadikan untuk memperkaya kehidupan, sehingga
kehidupan ini menjadi lebih bervariasi, dan agar laki-laki tidak
berkuasa dengan akalnya saja, akan tetapi perasaan wanita yang
menggelora itu juga memberikan makna lain bagi kehidupan.
Adapun jika dasar keyakinan pada diri laki-laki berkenaan dengan
akal wanita bukanlah sebagaimana dijelaskan di atas, dan memang ia
telah menikahi yang kurang cerdas atau bengkok pikirannya, maka tidak
ada alasan baginya untuk menyebutkan hal itu di hadapannya, atau selalu
membodoh-bodohkan pendapatnya. Ia pun harus menerima segala
kekurangannya, sepanjang ia menjadi istrinya. Adalah tidak adil jika ia
menimbangnya dengan sesuatu yang memang tidak dimiliki olehnya.
Yang tak kalah penting lagi adalah pernyertaan istri terkait dengan
urusan rumah tangga. Yaitu dalam hal berpikir dan merencanakan suatu
hal bersama sang suami, serta bermusyawarah dengannya.Banyak kaum
lelaki yang masih berpikiran bahwa “bermusyawarah dengan wanita hanya
akan merobohkan rumah tangga.” Bisa jadi hal ini ada benarnya untuk
sebagian kaum wanita. Akan tetapi, ada sebagian kaum wanita atau istri
yang bila diajak bermusyawarah, maka akal pikiran atau pendapatnya akan
bisa memecahkan sekian banyak masalah yang dihadapi….
Rasulullah pun tidak segan untuk meminta pendapat istrinya. Jadi…
jangan segan untuk mencontoh Rasulullah dalam masalah ini. Setuju?
Sumber:FAtawa Vol.IV
Kamis, 19 Juli 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar